Satu rakaman video di Youtube mendedahkan sekumpulan lelaki dipercayai rakyat Malaysia berada di Syria untuk berperang kerajaan negara itu.
Rakaman berdurasi satu setengah minit itu dimuatnaik dengan tajuk dalam bahasa Sepanyol.
Rakaman itu dipercayai dibuat oleh seorang lelaki rakyat Malaysia dengan loghat utara.
"Kereta-kereta kebal sedang bergerak menuju ke destinasinya....lihatlah sahabat-sahabat kita (laungan takbir), sahabat-sahabat kita, semuanya kita akan syahid.
"Sahabat-sahabat kita semuanya bersiap siaga ke medan juang ..sahabat-sahabat kita tidak merasa takut dan merasa kental, kami sedang bergerak (laungan takbir)," katanya yang merakam video itu.
Kemungkinan terdapat tiga lelaki warga Malaysia bertutur dalam Bahasa melayu mengikut rakaman tersebut.
Video yang diambil dari syriantube.net, telah dimuat naik pada 7 Jun lalu dan ditonton sebanyak lebih 5,000 kali.
Pada 18 Jun lalu, Wakil Tetap Syria ke PBB mendakwa seramai 15 warga Malaysia terlibat dalam aktiviti-aktiviti jihad Kumpulan Negara Islam Iraq dan Jajahannya (ISIL).
sumber...Mstar OL
Untuk renungan bagi orang yang berakal sihat
Media Barat seringkali menggambarkan teroris ISIS ultra -ekstremis yang mendestabilisasi Irak dan Suriah sebagai “militan Sunni.” Headline-nya berbunyi, ‘Militan Islam Sunni Menguasai Mosul, ‘Militan Sunni Menguasai Kota Irak Utara’ atau ‘Tentara Irak Mencoba Membalikkan Kemajuan Militan Sunni’.
Media berkorporasi menggambarkan pertempuran di Irak sebagai konflik Sunni vs Syiah. Dan yang disebut Sunni, menurut laporan tersebut, adalah kelompok ISIS yang telah “bercerai” dengan Al-Qaeda karena terlalu ekstrem.
Tapi benarkah bahwa ISIS benar-benar Sunni? Banyak ahli mengatakan “tidak.” Sebagian lagi mempertanyakan apakah ISIS memiliki hak untuk menyebut dirinya sebagai kelompok Islam.
Dalam sebuah wawancara dengan Truth Jihad Radio, cendekiawan Muslim Dr John Andrew Morrow (Ilyas Abd al-’Alim Islam) mempertanyakan keabsahan Islam-nya ISIS. “Banyak yang disebut jihadis (seperti ISIS itu) sama sekali tidak berakar pada nilai Islam. Terutama jika Anda melihat siapa yang mendanai, siapa yang mendukung, dan siapa yang berada di balik mereka.
Negara-negara Barat memiliki sejarah panjang menggunakan jihadis dan Islamis untuk melanjutkan ambisi negara mereka sendiri. Dalam hal ini, para jihadis mungkin berpikir bahwa mereka berjuang untuk Islam. Tetapi jika Anda melihat lebih dekat, niscaya Anda menemukan bahwa mereka penyebab musuh [Islam] mengalami kemajuan.”
Dr Morrow menunjukkan bahwa banyak perilaku ISIS yang terang-terangan tidak islami. Dia mengatakan bahwa para teroris ISIS merekam diri mereka sendiri saat melakukan kejahatan perang yang dilarang oleh Islam, “Mereka sangat bangga melakukan kekejaman. Mereka mem-filmkan [kekejaman] itu. Mereka lantas meng-upload ke internet, dan mereka memiliki situs web sendiri. ”
Dr Morrow mengomentari video terkenal menunjukkan seorang teroris Takfiri memakan hati seorang tentara yang telah meninggal. “Inilah yang dilakukan Hindun. Anda [Takfiri] tidak mengikuti para sahabat, Anda tidak mengikuti Nabi. Anda mengikuti [perilaku] orang musyrik yang memerangi Nabi — jika Anda menyiksa mayat.”
“Dan ada video lain, seorang muslimah miskin yang dicekik sampai mati. Maksudku, mereka yang berkerumun diantara pencekik itu, meneriakan Allahu Akbar.”
Lalu, teroris ISIS baru-baru ini juga memposting video di internet untuk menunjukkan bahwa mereka telah membunuh 1.700 tentara Irak yang ditangkap. Mereka juga dilaporkan menewaskan puluhan Imam Sunni yang menolak untuk bersumpah setia kepada ISIS. Dan mereka membunuh Muslim Syiah tanpa pandang bulu.
Jika teroris adalah Muslim Sunni, mengapa mereka secara sistematis melanggar prinsip-prinsip Islam Sunni?
Bahkan, ISIS tampaknya jauh nilai-nilai Islam Sunni. Jenis “Islam” yang usung oleh Takfiri ISIS merupakan Islam versi ekstrem dari ideologi Salafi-Wahhabi. Orang-orang ini menolak lima mazhab besar Islam (aliran pemikiran) termasuk mazhab Sunni yang empat. Jika Anda menolak semua empat mazhab Sunni, bagaimana Anda dapat menyebut diri Sunni?
Bahkan, Salafi-Wahhabi ekstrem, termasuk ultra-ekstrim seperti ISIS, telah merusak kemuliaan Islam seperti yang telah ada selama empat belas abad. Dengan membuang prinsip-prinsip mazhab dalam Islam, dan melangkah di luar Islam seperti yang biasa dipahami, mereka telah memasuki wilayah yang sangat berbahaya. Yang mana mereka merasa bahwa hanya mereka yang bisa membuat suatu aturan.
Jadi mereka membuat aturan seperti, “Tidak apa-apa untuk memperkosa wanita Kristen dan Syiah. Tidak apa-apa untuk makan organ dalam musuh yang telah mati. Tidak apa-apa untuk menikah atas nama ‘jihad nikah ‘ untuk melakukan hubungan seks dan menceraikan mereka setelah 30 menit. Tidak apa-apa untuk menyalib orang-orang Kristen. Tidak apa-apa mencekik wanita sampai mati. Tidak apa-apa melakukan pembunuhan massal pada warga sipil. Tidak apa-apa mengeksekusi tawanan perang secara massal.” Tidak ada orang Sunni dalam sejarah yang mengakui [teroris] ini sebagai Islam Sunni.
Zaid Hamid, seorang Muslim Sunni yang menjadi analis bidang pertahanan dari Pakistan, mengungkapkan bahwa ISIS dan kelompok-kelompok teroris lainnya, tidak terkait dengan Sunni, tapi mereka adalah Khawarij pelaku bid’ah yang melayani agenda plot anti-Islam. Khawarij adalah kelompok ultra-radikal yang menolak sejak awal baik Sunni dan Syiah.
Hamid berpendapat bahwa kelompok-kelompok ultra-radikal mendestabilisasi Pakistan, Suriah dan Irak memang telah melangkah di luar rambu-rambu Islam, dan memerangi Islam dan umat Islam demi Zionisme dan imperialisme.
Tapi bukankah banyak Muslim Sunni di Irak mendukung ISIS?
Ya dan tidak. Memang benar bahwa beberapa orang Irak biasa dari latar belakang Sunni telah bergabung melakukan pemberontakan bersama ISIS di Irak. Terutama, kelompok pro-Saddam. Jadi, mereka tidak berorientasi pada Muslim Sunni. Saddam Hussein, tentu saja, adalah seorang sekuler radikal yang mengidolakan Stalin dan Hitler.
Partai Ba’ath ala Saddam adalah sebuah partai yang anti-agama dan pro-sekuler, terbukti dengan kebencian Saddam pada kebangkitan Islam — begitu ekstrim – ia memerangi Republik Islam Iran yang baru berdiri dibawah pimpinan Ayatollah Khomeini – dengan tujuan mencegah kembali lahirnya kekuatan Islam. Jadi, menyebut para pendukung Saddam Hussein yang bergabung dengan ISIS dengan predikat “Sunni” adalah hal yang menyesatkan. Pasukan Saddam, seperti halnya ISIS, menentang Islam baik Sunni maupun Syiah tradisional.
Sunni adalah “orang-orang yang mengikuti tradisi Nabi dan para sahabatnya (ahl as-sunnah wa l-jamaah)”. Memakan hati musuh yang telah mati bukan bagian dari tradisi Nabi, dan itu adalah tradisi musuh Nabi. Perilaku seperti itu jelas tidak benarkan oleh komunitas Muslim.
Tradisi Nabi Muhammad Saw adalah salah bertoleransi, saling menghormati, dan membina hubungan diantara orang-orang dari suku dan agama yang berbeda. Komunitas Muslim asli, tercermin dalam Piagam Madinah, yang mana umat Kristen, Yahudi dan Muslim hidup bersama dan berbagi kekuasaan dan kewajiban secara adil.
Tradisi lainnya, berpegang pada musyawarah/ dialog, dan menjadikan kekerasan sebagai pilihan terakhir. Nabi Muhammad Saw dan keluarga beserta sahabatnya melakukan dakwah damai selama 12 tahun, meskipun mereka mendapatkan penyiksaan yang kejam, hingga akhirnya Allah “mengizinkan” mereka untuk melakukan perlawanan.
Tradisi Nabi Saw, begitu menghormati ilmu pengetahuan sehingga diibaratkan, “Tinta [tulisannya] seorang yang berilmu lebih berharga daripada darah seorang syuhada.”
Lima mazhab Islam, baik empat mazhab Sunni dan madzhab Syiah Ja’fari – merupakan pengejawantahan Islam. Semua Muslim Sunni sangat menghormati Imam Ja’far al-Shadiq, Imamnya mazhab Syiah. Sehingga, para teroris yang menolak, dan ingin membunuh semua orang yang tidak sepaham dengan mereka, jauh di luar normatif Islam Sunni.
Jadi mengapa media mainstream Barat memberikan label “anti-Sunni”, atau kelompok anti-Syiah seperti ISIS sebagai “Sunni”?
Mungkin faktornya adalah kemalasan. Sejak ISIS terang-terangan menunjukkan kebenciannya secara khusus terhadap Muslim Syiah, cara paling sederhana untuk menggambarkan pertikaian tersebut sebagai konflik Sunni vs Syiah. Dengan ini, media tidak perlu menjelaskan secara rinci apa yang sebenarnya terjadi.
Tetapi, mungkin saja media sengaja memberikan informasi yang salah saat melaporkan situasi. Para neokonservatif ekstrim Zionis meluncurkan invasi AS ke Irak, yang bertujuan untuk memecah negara tersebut, dan [memecah] Timur Tengah secara keseluruhan, dengan menghasut perselisihan etnis dan sektarian. Konflik Sunni vs Syiah sengaja diciptakan dan disebarkan oleh penjajah melalui gelombang operasi bendera palsu terorisme. Mungkin corong media mereka memang “bertugas” memperkeruhnya.
Dalam kasus apapun, sesungguhnya Muslim Sunni di dunia sedang difitnah setiap kali media menyebut ISIS sebagai “Sunni.” Sudah saatnya Muslim Sunni menolak pembunuhan karakter atas keyakinan mereka. Mungkin Muslim Sunni harus mengajukan gugatan terhadap media yang menyebarkan fitnah ini.
Oleh : Kevin Barret